Sabtu, 10 Januari 2009

waris rawa mencari susur galur...

waris rawa mencari susur galur...
Saturday, 10 January, 2009 10:16 PM

assalamualaikum...

Saya lily..saya berminat nak mengetahui berkenaan dengan orang Rawa..ini kerana nenek sebelah mama saya adalah keturunan Rawa dari Gunung Mesah...

Saya ingin tahu tentang susur galurnya...
macam mana saya nak dapatkan salah silah tersebut?nama nenek saya Salmah @ Hamidah Yaacob tapi dikenali dengan nama Norain....Kakak nenek saya bernama Sariah bt Yaacob...Nenek Sariah masih lagi tinggal di Kg Gunung Mesah(dekat jln kubur)..saya berharap sangat2 dapat mengetahuinya...

"lillies tahir"
Add sender to Contacts

SEJARAH RAO





SEJARAH RAO

Oleh: ReskiHassan










Cerita berikut ini saya dapatkan dari beberapa sumber (orang-orang yang sudah tua di Penduduk asli yang mendiami Rao pada awalnya adalah orang Leco atau orang Leso. Ciri-ciri orang leso bertubuh lebih kecil daripada orang-orang lain mereka biasa hidup berkelompok di dalam hutan, mengkonsumsi ikan yang mereka tangkapi dari sungai-sungai di sepanjang daerah Rao yang dulunya adalah hutan dan rawa-rawa. Orang leco dulunya menetap di kampung yang sekarang disebut dengan Lubuk gadang atau Ranjau batu ( Kecamatan Mapat Tunggul pecahan dari kecamatan Rao) Kedatangan Suku bangsa Lubu dari Kamboja yang masuk melalui bagan siapi-api (Riau) sampai ke Lubuk gadang Pada Abad Ke 1 sampai dengan abad ke 5 Masehi menggusur keberadaan orang Leco. Karena mereka takut dengan Postur tubuh Orang suku bangsa Lubu yang jauh lebih tinggi daripada postur tubuh mereka. Orang Leso kemudian mencari hutan-hutan yang lebih dalam untuk mereka tinggali. Sementara daerah asal mereka didiami oleh Suku bangsa Pendatang yaitu Suku bangsa Lubu. Konon karena itulah daerah tersebut dinamakan Lubuak Godang yang diambil dari nama Lubu. Sekitar 15 Tahun yang lalu orang Leso sekali-kali sering tampak oleh penduduk Rao di sekitar Hutan mereka biasanya meminta garam ke Penduduk yang mereka temui (saya kurang paham dengan bahasa apa yang mereka pakai utuk berkomunikasi)

Orang Lubu berkembang biak sepanjang Sumatera dan konon juga katanya setiap jejak daerah yang pernah mereka tinggali selalu bernama Lubu/Lubuak/Lubuk didepannya seperti Lubuak Godang, Lubuak Layang, Lubuak sikaping dan lain-lain.

Agama suku bangsa Lubu adalah Agama Hindu dan mempberlakukan Sistem kasta antara lain:

1. Kasta Brahmana yang berubah menjadi Suku Ompu
2. Kasta Kesatria yang berubah menjadi Kandang Kapauak
3. Kasta Waisa yang berubah menjadi Suku Mandialang
4. Kasta Sudra yang berubah menjadi Suku Pungkut

Kasta sudra masih pecah lagi menjadi beberapa suku tetapi saya lupa nama suku-suku tersebut

Sekitar abad Ke 6 masuklah agama Budha dan menghapus sistem kasta yang ada dan berubah menjadi suku-suku diatas. Sekitar Abad Ke 14 Masehi Lahirlah kerajaan-kerajaan di sumatera antara lain: Mandailing, Minang Kabua (bukan minang kabau, mungkin saja cikal bakal minag kabau) dan Darmasraya.

Cerita lain yang saya dengar, di Rao dulu ada sebuah kerajaan yang sangat besar, istana kerajaan inilah kabarnya yang dijadikan benteng Van Amerongen (Benteng Pertahanan Belanda pada saat Perang Paderi). Ada yang menyebutkan nama kerajaannya adalah kerajaan Gajah Morom, arsitektur Rumah adatnya menyerupai Rumah adat minang kabau sekarang ini, hanya saja gonjongnya lebih sedikit, dan dibagian tengah atap ada gambar gajah yang sedang duduk. Saya berjanaji Insya Allah akan saya minta sketsa istana ini kepada salah satu orang tua yang masih memiliki sketsa Istana tersebut.

Bukan tidak mungkin Rao dulunya merupakan kerajaan yang besarkarena letak nya sangat strategis dan merupakan persinggahan pedagang di sumatera. Letak Istana Rao dulu juga sangat strategis berada dia atas ketinggian yang jika memandang ke sekeliling akan terlihat pemandangan lembah dan selingkung bukit barisan. Rao juga dulunya penghasil Emas, anda bisa baca di “Cataten Rao” diatas. Konon bangsa belanda yang dulu singgah di Rao selalu menetap lama di Rao dan membawa dan membawa emas sebagai Oleh-oleh dari rao. Selama menetap mereka biasanya menyimpan emas di dalam tanah agar tidak dicuri orang lain.

Menurut cerita emas-emas mereka masih banyak yang tertimbun karena pada saat terdesak saat perang Paderi mereka lupa membawa emas mereka. Bukan tidak mungkin juga, saya sering menemui orang-orang dari negeri Belanda melancong ke Rao dan berjalan mengelilingi Tanah bekas Benteng van Amerongen, bisa saja mereka mencari emas yang dulunya di timbun nenek moyang mereka. Tapi biasanya mereka tidak pernah bermalam di Rao hanya berputar-putar di sekeliling Tanah bekas Benteng beberapa jam lalu pergi. Mereka juga sangat tertutup jika ditanyai tujuan kedatangannya, ada juga yang berkilah tidak bisa berbahasa Selain bahasa Belanda.

Wallahu alam

Menjejak kasih ke tanah rao



Menjejak kasih ke tanah rao
Oleh: Marisma



Sepi berangkat ketika subuh,
Membuka masa yang kita kuncikan,
Dari sebuah kisah,
Nama di hujung musim,
Yang semakin jauh,
Kini kembali bertaut.
( cetusan rasa Ayahnda T. Puji )

Tarikh 26hb. Feb. 2002 tidak akan luput dari ingatan apabila rombongan keluarga kami dari Raub, Pahang seramai 42 orang telah menuju ke Padang Nunang Rao untuk bertemu dengan waris keluarga yang masih tinggal menetap di sana. Kami keluar memulakan perjalanan seawal jam 4.00 pagi dari Hotel Ambun Suri di Bukit Tinggi, SUMBAR dengan menaiki bas menuju ke destinasi. Sepanjang perjalanan yang berliku-liku dan melalui kampung-kampung yang damai dengan pemandangan sawah padi yang terbentang luas akhirnya kami sampai juga ke Padang Nunang sebuah kampung di daerah Rao jam 9.00 pagi dengan disambut secara meriah oleh penduduk-penduduknya dengan acara keramaian adat minang. Seterusnya kami telah di sambut oleh Duli Yang Dipertuan Padang Nunang bersama-sama Permaisuri yang kemudiannya mempersilakan semua anggota rombongan masuk kerumah beliau. Maka berpeluk-pelukanlah keluarga rombongan dengan keluarga di Padang Nunang ini kerana mereka tidak menyangka boleh berjumpa kembali selepas terpisah selama 200 tahun lebih. Waktu itu dapat dilihat kemesraan masing-masing yang melepaskan kerinduan kepada keluarga yang masih ada pertalian 3 atau 4 pupu. Kami juga telah dihidangkan dengan makanan-makanan tradisional Rao seperti Lemang, Rendang, Kelamai Jagung dan lain-lain kueh yang jarang dapat kami berjumpa.

Selepas keberangkatan tiba Sultan Pagaruyung serta Permaisuri dan Yang DiPertuan Gadih Gadang Pagaruyung serta ahli-ahli rombongan dari Istana Pagaruyung maka tepat jam 11.00 pagi, Majlis Adat Istiadat di mulakan dengan menjemput Duli Yang Mulia Sultan Pagaruyung memberi ucapan dan diteruskan oleh wakil dari Pahang iaitu YM Tengku Puji B. Tengku Abd. Hamid dan juga ucapan dari Yang Di Pertuan Padang Nunang. Selesai majlis pada jam 12.30 tgh kami telah dipersilakan ke majlis jamuan makan tengahari dan sudah pastinya hidangan 'Kosa' (Gulai Rebus) adalah salah satu menu wajib dalam majlis keramaian seperti ini.

Selesai jamuan makan dan setelah berehat sebentar beramah mesra dengan tetamu yang hadir maka tibalah saat kami meminta izin untuk beredar kerana meneruskan perjalanan pulang ke Malaysia. Dimasa inilah kami dapat melihat kedua-dua belah pihak keluarga berpeluk-pelukan dengan airmata yang berlinangan... Jam 2.00 petang rombongan kami menaiki bas dan meneruskan perjalanan ke Bukit Tinggi selanjutnya ke Dumai. Sampai di Dumai jam 1.00 tengah malam, dan kami semua telah bermalam disini. Keesukan harinya kami melanjutkan perjalanan pulang dengan menaiki feri ke Melaka dan terus menuju balik ke Raub...

PENAKIK PISAU SERAUT,
AMBIL GALAH BATANG LINTABUNG,
SEDULANG JADIKAN NYIRU,
SETITIK JADIKAN LAUT,
SEKEPAL JADIKAN GUNUNG,
ALAM TERBENTANG JADIKAN GURU........

Dilahirkan di Ibu Kota Kuala Lumpur,
tatapi mambasa dikampuang halaman Ibu nan tacinto......
Pagaruyung Talatak Di Balai Janggo,
Tampek Bajalan Urang Baso,
Duduak Ket Kampuang Tiado Bandingannyo,
Hai... Sampai Bilo-Bilo Takanang Juo....

Rona roni kehidupan dihadapi dengan tabah dan cekal..
tapi ada juga masanya terpaksa mengalah dan bertahan....
Padang Nunang Rao Tuanku Mudo tinggakan,
Duduak sabanta di Sri Menanti,
Perjalanan hidupku telah ditakdirkan,
Apalah gerangan hikmah yang menanti.

Mencintai Sejarah dan Seni Budaya.....
Selingkar Kisah Datuk Paduka,
Melakar Sejarah Di Bumi Pahlawan,
Tuanku Nan Selapan Hebat-Hebat Belaka,
Bersatu Teguh Menentang Penjajahan.

Tok Gajah Pahlawan Gagah Perkasa,
Melawan Musuh Tiada Terkata,
Indahnya Budi Cantiknya Bahasa,
Sebahagian Seni Budaya Bangsa.......

Khamis, 8 Januari 2009

EMEL DARI WARIS RAO GOPENG, PERAK

Menyingkap asal Rao tanah bertuah
Thursday, 8 January, 2009 9:47 PM

Tahniah atas niat dan usaha murni anda dan usaha ini harus di sokong ,
saya keturunan Rao dari Gopeng Perak , juga berminat dan telah mula menyambung usaha
ayahanda saya menyingkap asal keturunan sehingga di : Kecamatan Rao , Kabupaten Pasaman , Propinsi Sumatera Barat , Indonesia .

Namun ada sedikit halangan bila kebanyakan waris terdahulu telah menukar nama asal mereka bila tiba ke tanah melayu dan yang berkenaan kebanyakannya telah meninggal dunia . Cara yang tinggal adalah melalui persatuan yang baru dibentuk iaitu JARO dan menziarahi sendiri kampung-kampung asal di Rao .

salam perkenalan

"razak mohd nasir"

Ahad, 4 Januari 2009

EMEL DARI WARIS RAO, MEDAN, SUMUT, INDONESIA

EMEL DARI WARIS RAO, MEDAN, SUMUT, INDONESIA

Emel Dari A. Rahim Qahhar

En. Subari Ahmad,

Pertama kali saya memperkenalkan diri, nama saya A.Rahim Qahhar bermastautin di Medan Sumatera Utara Indonesia . Tertarik untuk menghantar emel kerana saya dapati tulisan saya “Pengabdi Republik Tak Mungkin Munafik” dalam blog En. Arisel itu saya muat dalam akhbar Medan Bisnis tempat saya bekerja, dan saya hantar ke milis Dato’ Kemala. Daripada mana En dapat artikel tersebut?

Bila En. Subari di Pahang, sila tanya Marsli NO dia amat kenal saya, juga Dato Kemala sahabat saya, nyaris papan atas sasterawan kat sini adalah kenalan saya. Kerana saya juga selalu ikut dalam kegiatan Gapena atau Pena.

Dan yang saya amat tertarik iaitu mengenai Teromba Rawi atau Rao. Kemudian saya baca sejarah oran g Rao di Tanah Semenanjung , wa h..saya terkagum-kagum kerana tak pernah tahu sejarah seperti itu. Kerana saya juga keturunan Rao, namun sekali pun tak pernah pulang atau menengok ke Bonjol, Rao. Sejak lahir hingga usia di atas usia Rasulullah sekarang ni, tetap bermastautin di Medan .

Pilihan raya Mac lepas saya berada di Gopeng kerana ada pesta kahwin anak saudara mara, iaitu anak daripada adik saya Badrul yang buka usa ha Kolam Pa ncing udang di Gopeng. Atok kami adik beradik, dua di Gopeng lainnya di Indonesia . Ramai saudara mara di Gopeng, satu kampong hampir semua berfamili. Yang tertua saat ini boleh En Subari kontek dia, iaitu abang saya H Mohd Nasir bin Abdul Wa hab di Gopeng Perak. Nombor talipon rumah 05- 359.6197 atau talp bimbit 012.5204.156 dan 012.5035.610.
En Subari boleh kontek dia dan mungkin nak ikut bergabung dalam Teromba Rao yang ada kat sini. Sekian sahaja.

Wassalam,

A.Rahim Qahhar

Jawaban emel dari Arisel BA

Sdra A.Rahim Qahhar
Medan, SUMUT

Saya memang Orang Rao, asal dari Kulawarga Pagar Ruyung/Padang Nunang/Rao-Mapattunggul. Kami melalui JARO sedang berusaha menerbitkan Teromba Keturunan Rao ke arah menjejak Jatidiri. Nanti saya ke Medan, akan cari sdra. Saya ada saudara di Gunung Mesah Hilir, Gopeng Perak - Datuk Aziz Shamsuddin tu berkait dengan saya sebagai anak saudara.

Tapi saya aslinya di Kg. Gali. Raub, Pahang, lubuk Orang Rao di Pahang.

Maklumat yang sdra berikan itu amat berguna untuk Projek Penerbitan Teromba Rao ini. Di Tanah Melayu, Orang dari Rao itu dikenali sebagai Orang Rawa, Orang Rawo atau ar-Rawi.

Saya mungkin ke Sumatera Barat pada April 2009, mungkin melalui Medan, lebih dekat, jika ikut Dumai, sedikit jauh.

Saya memang kenal sdra. Saya sejak 1983 - 1993 pernah aktif dalam Dewan Persuratan Melayu Pahang dan Gapena. Saya pernah jadi Skretaris DPMP selama 10 tahun. Nama pena saya ialah Arisel BA.

Jika sdra orang Rao, kita ada tali waris yang kental - ikut jalur saya ialah Ismail@ Subari bin Ahmad bin Jaafar bin Ibrahim bgin Tunku Ideris (kerabat dari Pagarruyung Saya adalah keturujan yang kelima.

Orang Rao di Sumbar hanya ada 60,000 plus, sedangkan di Tanah Melayu sudah membiak hingga 150,000 orang, itu sebab usaha menerbitkan Salasilah Kulawarga Rao di Tanah Melayu ini jadi semakin penting.

Kita berhubung lagi, jika sdra mahu kenal dengan peribadi saya, boleh tanya Pak Kemala atau Marsli NO. Rahsia saya ada dalam saku mereka daaa...

Artikel itu saya petik dari Forum Pak Kemala. Maaflah jika bersalahan, tetapi Adam Malek itu orang Rao, mesti dimartabatkan.

Sekian, terima kasih.

Ismail @ Subari Ahmad ar-Rawi

MB dinafi pengaruh pelantikan Yang Dipertuan Besar NS


MB dinafi pengaruh pelantikan Yang Dipertuan Besar NS
Jan 4, 09 3:30pm


Datuk Undang Luak Rembau, Datuk Muhamad Sharip Othman menafikan desas-desus kononnya ada pihak, termasuk Menteri Besar, Datuk Seri Mohamad Hasan cuba mempengaruhi pemilihan Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan yang baru.

Sebaliknya, kata beliau, pelantikan Tuanku Muhriz ibni Almarhum Tuanku Munawir (foto) sebagai Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan yang baru Isnin lalu, diputuskan secara sebulat suara tanpa lobi-melobi oleh mana-mana pihak.

Bercakap dalam temuramah eksklusif dengan Bernama di kediamannya di Rembau, Muhamad Sharip menafikan menteri besar cuba mempengaruhi keempat-empat Datuk Undang Luak negeri itu dalam membuat keputusan mereka berhubung pelantikan itu.

"Dalam Enakmen Kerajaan Negeri Sembilan, kuasa mutlak untuk melantik Yang Dipertuan Besar terletak hanya kepada Undang Yang Empat sahaja, iaitu Datuk Undang Luak Sungai Ujong, Datuk Undang Luak Jelebu, Datuk Undang Luak Rembau dan Datuk Undang Luak Johol, dengan dipengerusikan oleh Datuk Undang Luak Sungai Ujong.

"Untuk makluman semua, keputusan mesyuarat atau kerapatan kami adalah 100 peratus atau sebulat suara," katanya bagi menjelaskan salah laporan terutama oleh penulis-penulis blog berhubung pelantikan Tuanku Muhriz.

Tuanku Muhriz, 60, menggantikan bapa saudaranya, Tuanku Ja'afar ibni Almarhum Tuanku Abdul Rahman, 86, yang mangkat Sabtu lalu, setelah menjadi Yang Dipertuan Besar selama 41 tahun.

"Saya cukup menghargai dan berterima kasih kepada Menteri Besar kerana beliau tidak mempengaruhi atau campur tangan dengan urusan pemilihan ini sebagai mana desas-desus yang kita dengar. Saya menafikan desas-desus ini. Beliau bersikap amat profesional dalam hal ini," kata Muhamad Sharip.

Datuk Undang Luak Rembau itu juga ditanya apakah faktor-faktor yang diambil kira oleh Datuk Undang Yang Empat sebulat suara melantik Tuanku Muhriz, kerabat Diraja yang tidak dikenali ramai yang sebelum ini bergelar Tunku Besar Seri Menanti.

Muhamad Sharip hanya menjawab: "Itu memang hak mutlak Datuk Undang yang Empat untuk menentukan yang mana faktor-faktor itu terpulanglah kepada mereka sahaja dan pada pemikiran mereka pada masa itu".

Spekulasi mengenai pemilihan Yang Dipertuan Besar yang baru sebelum ini banyak memihak kepada putera sulung Almarhum Ja'afar, Tunku Naquiyuddin, iaitu Tunku Laxamana Negeri Sembilan yang berprofil tinggi di kalangan masyarakat Malaysia.

Mengenai perasaannya kerana terlibat secara peribadi dalam peristiwa bersejarah untuk memilih Yang Dipertuan Besar atau lebih dikenali sebagai Yam Tuan yang baru, Muhamad Sharip berkata perkara itu tidak termimpi olehnya.

"Kita hidup ini, mungkin dia (Yam Tuan) pergi dulu, mungkin kita pergi dulu. Kebetulan Almarhum Tuanku Ja'afar yang pergi dulu daripada kita dan kita terpaksa menjalankan amanah ini," katanya.

Beliau menyifatkan tanggungjawab memilih Yam Tuan yang baru buat pertama kali dalam lebih 40 tahun itu sebagai sebagai "cukup-cukup berat".

"Ia cukup-cukup berat kerana kalau di negeri-negeri lain, pelantikan itu dari ayah turun ke anak, tetapi tidak di Negeri Sembilan. Kita unik".

Muhamad Sharip berkata bukanlah mudah untuk Datuk-Datuk Undang itu membuat keputusan kerana mereka harus mengambil kira segala aspek dan banyak sudut.

Beliau juga bangga kerana kerahsiaan mengenai keputusan pelantikan Tuanku Muhriz sebagai Yam Tuan yang baru dapat kekalkan tanpa ada kebocoran sehingga pemasyhuran rasmi dibuat sejurus sebelum acara pemakaman jenazah Almarhum Tuanku Ja'afar diadakan selepas solat Asar Isnin lalu.

Katanya keputusan Datuk Undang Yang Empat itu tidak dimaklumkan terlebih dahulu malah kepada Tuanku Muhriz sendiri atau tiga lagi kerabat Diraja yang layak dipertimbangkan sebagai pengganti.

Ketiga-tiga mereka terdiri daripada putera Almarhum Tuanku Ja'afar iaitu Tunku Naquiyuddin, Tunku Imran dan Tunku Putera Nadzaruddin.

Mengenai Almarhum Tuanku Ja'afar, Datuk Undang Luak Rembau berkata: "Kami sebenarnya rapat dengan Almarhum dan kasih sayang padanya. Bagi kami kemangkatannya adalah satu kehilangan besar kepada rakyat Negeri Sembilan dan kepada kami Undang Yang Empat kerana seperti umum mengetahui, Almarhum bukanlah calang-calang orangnya".

Beliau berkata Almarhum Tuanku Ja'afar merupakan seorang raja yang baik, adil, berfikiran tajam, penyabar dan selalu membuat sesuatu keputusan secara bermusyawarah.

Muhamad Sharip juga bersetuju bahawa terdapat minat di kalangan rakyat khususnya di luar Negeri Sembilan untuk mengetahui secara lebih meluas tentang Adat Pepatih yang digunapakai di Negeri Sembilan, terutama ekoran pemilihan Yam Tuan yang baru.

Katanya, beliau sendiri mengambil inisiatif ke arah ini dan sebuah buku mengenai Adat Pepatih dan perkara-perkara berkaitan dengannya akan diterbitkan dalam masa terdekat.

Buku itu yang bertajuk "Legasi Ketuanan Rembau" akan diedarkan ke sekolah-sekolah di samping dijual pasaran buku dan khusus ditumpukan kepada generasi muda.

"Sebagai contoh, tidak ramai orang terutama di luar Negeri Sembilan tahu bahawa Datuk Undang Yang Empat adalah co-Ruler atau Pemerintah Bersama dan Ahli Dewan Keadilan dan Undang yang dipengerusikan oleh Yam Tuan."

Dipetik dari Malaysiakini, 4.1.2009